Ketika aliran Khawarij mendengar hadist Rasulullah di atas bahwa Rosulullah saw. adalah kota ilmu dan sahabat Ali bin Abi Thalib kw. sebagai pintu kota tersebut, mereka sangat iri dan dengki. Kemudian para pembesar-pembesar aliran Khawarij berkumpul dan mengadakan rapat.
Mereka mengatakan “Kita akan bertanya kepada Ali bin Abi Tholib satu pertanyaan dan bagaimana ia akan menjawab. Jika ia menjawab dengan jawaban yang berbeda maka pantaslah kita mengakui bahwa ia seorang yang pandai !!!”.
Kemudian datang seorang dari golongan mereka kepada sahabat Ali bin Abi Thalib kw. dan bertanya “Wahai Ali, mana yang lebih utama ilmu atau harta ?”.
Sahabat Ali pun menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta”. Kemudian orang tersebut bertanya lagi “Apa alasannya ?”.
Sahabat Ali pun menjawab “Ilmu adalah warisan para nabi, sedangkan harta adalah warisan dari Qorun, Syaddad, Fir’aun dan sebagainya.”.
Mendengar jawaban tersebut penanya pertama pun segera pergi.
Kemudian datang lagi seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Thalib “Wahai Ali, mana yang lebih utama ilmu atau harta ?”.
Sahabat Ali pun menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta”. Kemudian orang tersebut bertanya lagi “Apa alasannya ?”.
Sahabat Ali pun menjawab “Ilmu bisa menjagamu. Sedangkan harta, kamulah yang menjaganya.”.
Mendengar jawaban tersebut penanya kedua pun segera pergi.
Kemudian datang lagi seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Thalib seperti pertanyaan orang pertama dan kedua.
Sahabat Ali pun menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta”. Kemudian orang tersebut bertanya lagi “Apa alasannya ?”.
Sahabat Ali pun menjawab “Orang yang mempunyai harta, ia memiliki banyak musuh. Sedangkan orang yang berilmu, ia memiliki banyak teman.”.
Mendengar jawaban tersebut penanya ketiga pun segera pergi.
Kemudian datang lagi seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Tholib “Wahai Ali, mana yang lebih utama ilmu atau harta ?”. Sahabat Ali pun menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta”. Kemudian orang tersebut bertanya lagi “Apa alasannya ?”.
Sahabat Ali pun menjawab “Jika kamu membelanjakan harta, maka harta itu akan berkurang. Tetapi jika kamu membelanjakan ilmu, maka ilmu itu akan semakin bertambah”.
Mendengar jawaban tersebut penanya keempat pun segera pergi.
Kemudian datang lagi seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Thalib “Wahai Ali, mana yang lebih utama ilmu atau harta ?”. Sahabat Ali pun menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta”. Kemudian orang tersebut bertanya lagi “Apa alasannya ?”.
Sahabat Ali pun menjawab “Pemilik harta dipanggil dengan sebutan kikir dan pelit. Sedangkan pemilik ilmu dipanggil dengan sebutan mulya dan agung.”.
Mendengar jawaban tersebut penanya kelima pun segera pergi.
Kemudian datang lagi seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Thalib “Wahai Ali, mana yang lebih utama ilmu atau harta ?”. Sahabat Ali pun menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta”. Kemudian orang tersebut bertanya lagi “Apa alasannya ?”.
Sahabat Ali pun menjawab “Harta selalu dijaga dari seorang pencuri. Tetapi ilmu tidak pernah dijaga dari seorang pencuri”.
Mendengar jawaban tersebut penanya keenam pun segera pergi.
Kemudian datang lagi seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Thalib “Wahai Ali, mana yang lebih utama ilmu atau harta ?”. Sahabat Ali pun menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta”. Kemudian orang tersebut bertanya lagi “Apa alasannya ?”.
Sahabat Ali pun menjawab “Pemilik harta akan dihisab dan diperhitungkan atas hartanya kelak di hari kiamat. Sedangkan pemilik ilmu, ia akan mendapat syafa’at di hari kiamat.”.
Mendengar jawaban tersebut penanya ketujuh pun segera pergi.
Kemudian datang lagi seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Tholib “Wahai Ali, mana yang lebih utama ilmu atau harta ?”. Sahabat Ali pun menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta”. Kemudian orang tersebut bertanya lagi “Apa alasannya ?”.
Sahabat Ali pun menjawab “Harta akan habis sepanjang masa dan hancur sesuai perjalanan waktu. Sedangkan ilmu tidak pernah habis dan tidak akan hancur.”.
Mendengar jawaban tersebut penanya kedelapan pun segera pergi.
Kemudian datang lagi seorang yang lain dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Thalib “Wahai Ali, mana yang lebih utama ilmu atau harta ?”. Sahabat Ali pun menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta”. Kemudian orang tersebut bertanya lagi “Apa alasannya ?”.
Sahabat Ali pun menjawab “Harta menjadikan hati keras. Sedangkan ilmu dapat menyinari hati.”.
Mendengar jawaban tersebut penanya kesembilan pun segera pergi.
Kemudian datang lagi seorang yang terakhir dan bertanya kepada sahabat Ali bin Abi Thalib “Wahai Ali, mana yang lebih utama ilmu atau harta ?”. Sahabat Ali pun menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta”. Kemudian orang tersebut bertanya lagi “Apa alasannya ?”.
Sahabat Ali pun menjawab “Harta membuat pemiliknya merasa seolah seperti tuhan karena harta yang dimilikinya. Sedangkan pemilik ilmu merasa ia adalah seorang hamba. Jika kamu semua bertanya kepadaku tentang hal ini, maka selama aku hidup, aku akan menjawabnya dengan jawaban yang berbeda.”.
Kemudian mereka mendatangi sahabat Ali bin Abi Thalib dan berpasrah diri mengakui kealiman beliau.
Kisah ini diambil dari Kitab Mawaidzul Ush’furiyyah karangan Syekh Muhammad bin Abi Bakar, Hal. 04.
No comments:
Post a Comment